Malam itu, setibanya aku dari kampung halaman, Bintang (sahabat karibku) sebelumnya sudah meng-sms (kepada yang terhormat kawan-kawan pengurus Leppas, untuk hadir dalam pertemuan tanggal 12 November 2007, ada agenda untuk meskrening peserta Workshop Demokrasi). Sms itu tak ku balas dengan harapan, bahwa besok aku akan datang. Setelah menyelesaikan agenda pertemuannya, tiba-tiba terlihat ada banyak kenalan yang ku lihat berdiri di antara inninawa dan gedung marcedes. Aku bertany dalam hati, ada apa gerangan banyak yang kumpul di tepi jalan itu. Akupun bertanya? katanya ada teater yang akan di gelar, memperjelas lagi pertanyaan bahwa tiap malam minggu ininawa mengadakan acara teater. Teater dengan tema "Kekuasaan dan politik" itu di lakukan untuk merefleksikan momentum pilgup yang di laksanakan pada tanggal 4 November 2007. Hingga akhir ceritanya, teman-teman yang pada waktu itu menonton pertunjukan ini, sangat menikmati jalannya cerita, apalagi di depan para aktor terpasang LCD dengan gambar-gambar Mahatma Gandhi dan tokoh-tokoh kemanusiaan dan perdamaian lainnya. Seiring dengan berakhirnya pertunjukan, semangat untuk menyaksikan pertunjukan ini sampai selesai tak juga surut, setelah salah satu penyelenggara membisik dengan keras di sekitar telinga saya bahwa pertunjukan ini akan berakhir dengan acara bakar-bakar ikan. Berharap ikan bakar yang di panggang dari kursi kekuasaan yang di bakar segra tersedia. Teman-teman di leppas kembali untuk membicarakan agenda-agenda ke depan mengenai kegiatan Workshop dan bagaimana persiapan yang sudah di lakukan oleh panitia. Pembicaraanpun semakin hanyat, di susul dengan kedatangan ibunda Ocha(panggilan akrapnya) yang baru tiba dari peliputan berita tentang kriminal. Berselang beberapa menit kemudian, ikan bakar yang di nantikan kedatangannya langsung di gelar di Rumah KaMu (Kaum Muda).
Suasana agak sedikit tenang karena walaupun kami punya semangat besar untuk menyantap ikan yang sudah di panggang, tapi kehadiran senior dan orang tua kami, membuat kami berpikir kembali untuk tidak terlalu agresif untuk menyantap ikan itu, karena dalam ruang sosial, persaianganpun harus punya etika, karena jika tidak maka yakin saja, akan muncul ketimpangan sosial dan akhirnya kita pulang dengan sebuah penyakita yang banyak pakar sosial bilang sebagai penyakit sosial. Sebab dalam ruang sosial orang di luar diri kita menjadi alat untuk menggugah pengetahuan kita pada sisi lain persahabatan menjadi modal dalam hidup yang bahagia.
1 komentar:
see my blog. lomonasution.blogspot.com
Posting Komentar